Senin, 31 Januari 2011

Otak Kanan dan Otak Kiri




Otak manusia terbagi jadi dua bagian, otak kanan dan kiri. Mereka mempunyai fungsi dan perbedaan.

Banyak orang menggambarkan otak kiri berhubungan dengan kemampuan matematika dan otak kanan berhubungan dengan kreativitas. Kedua bagian otak ini memiliki tugas-tugas yang sangat berbeda.

Kedua bagian otak bekerja secara terpisah. Kedua bagian otak ini mengkomunikasi informasi melalui corpus callosum tebal yang menghubungkan mereka. Otak kanan mengontrol otot di sisi kiri tubuh dan otak kiri mengontrol otot di sisi kanan tubuh.

Ketika kamu mengedipkan mata kanan, otak kiri kamu sedang bekerja. Karena criss-cross wiring, kerusakan di salah satu sisi otak mempengaruhi sisi tubuh yang berlawanan.

Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi misalnya.

Otak kiri berfungsi dalam hal perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.

Berdasarkan kekuatan fungsi masing-masing, berarti, kedua fungsi otak manusia itu sangat diperlukan dalam menghadapi hidup. Begitu pula, bagi siswa, pembiasaan penggunaan kedua fungsi otak itu sangat bermanfaat dalam perjalanan dirinya menuju kedewasaan. Dengan begitu, guru/dosen/Trainer dalam mengajar di kelas, metode apapun yang digunakan, sebaiknya berbasis otak kanan dan kiri.

Doug Hall mengatakan, dominasi kerja otak orang mempengaruhi kepribadian :

Si otak kanan : humoris, simple, menyenangkan, boros, lebih percaya intuisi, berantakan-kacau, ede = ekspresi diri, lebih memilih perasaan sebagai solusi masalah, suka bertualang, bermimpi besar, tukang sorak, “pelanggar aturan”, bebas, spontan.

Si otak kiri : serius, rumit, membosankan, hemat, lebih percayai fakta, rapi-terorganisir, ide = profitabilitas, lebih memilih keilmuan, hati-hati, berpengetahuan umum, pendukung diam, pembuat aturan, konservatif, mudah ditebak.

Minggu, 30 Januari 2011

Florence Nightingale (12 Mei 1820-13 Agustus 1910)

Jika anda perawat ataupun mahasiswa keperawatan, tentu tidak asing lagi dengan nama Florence Nightingale. Dialah yang disebut-sebut sebagai pelopor keperawatan modern yang kita kenal. Berikut ini adalah sejarah kehidupan Florence yang jika coba kita cermati akan membuat kita semakin memahami nilai dan esensi keperawatan. Anda bisa mendownload ebook kisah hidup Florence di halaman Download Area. Selain itu anda juga bisa mendownload buku pertama Florence yang berjudul “Notes On Nursing” di halaman yang sama.

Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – wafat di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.

Masa kecil
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.

Perjalanan ke Jerman
Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik).
Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan tersebut.

Belajar merawat
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa “terpanggil” untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.

Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.

Ditentang oleh keluarga
Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:

* Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
* Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
* Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
* Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan.
Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.

Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya.
Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;
“ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ”
Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Perang Krimea
Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”.
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal.
Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.
Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;

* Perban diganti secara berkala.
* Obat diberikan pada waktunya.
* Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
* Meja kursi dibersihkan.
* Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.

Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.
Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.
Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.
Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah.
Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul “Santa Filomena”, yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
“ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku. ”

Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis (”demam Krimea”) yang menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.

Karir selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.

Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.

* Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary’s Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia. Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
* Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
* Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
* Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
* Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
* Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
* Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
* Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
* Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, “Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.”

Meninggal dunia
Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

(Dikutip dari http://id.wikipedia.org)

Pengkajian Keperawatan Anak


1. RIWAYAT KESEHATAN
A. Identitas Klien
1). Nama
2). Alamat
3). Nomor telepon
4). Tempat tanggal lahir / usia
5). Suku
6). Jenis Kelamin
7). Agama
8). Tanggal Pengkajian
B. Identitas Penanggung jawab
1). Nama
2). Alamat
3). Usia
4). Hubungan dengan klien
C. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien. Alasan utama klien untuk mencari bantuan profesional kesehatan.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita klien saat ini, dimulai dari awal keluhan muncul sampai saat pengkajian, disertai keluhan utama klien. Sajikan informasi dalam urutan sesuai dengan kronologinya, diruntut satu persatu dari awitan sampai saat pengkajian. Fokuskan pada alasan mencari bantuan sekarang terutama apabila masalah telah ada untuk beberapa lama.
1). Awitan
a. Tanggal awitan
b. Sifat Awitan
c. Faktor pencetus dan faktor predisposisi yang berkaitan dengan awitan
2). Karakteristik
a. Karakter (Kualitas, kuantitas, konsistensi, dll)
b. Lokasi dan radiasi
c. Intensitas dan keparahan
d. Frekuensi
e. Faktor yang memperberat dan menurunkan
f. Gejala yang berhubungan
3). Perjalanan sejak awitan
a. Insiden (serangan akut tunggal, serangan akut berulang, kejadian tiap hari, kejadian periodik, episode kronis)
b. Kemajuan (membaik atau memburuk)
c. Terapi yang sudah dilakukan dan Efek terapi
E. Riwayat Masa Lalu
Untuk mendapatkan profil penyakit, cedera, atau prosedur pembedahan yang dialami klien sebelumnya.
1). Kehamilan (Ibu)
a. Jumlah (gravida)
b. Hasil (paritas)
c. Kesehatan selama kehamilan
d. Obat-obatan yang digunakan.
2). Persalinan
a. Durasi persalinan
b. Tipe melahirkan
c. Tempat melahirkan
d. Obat-obatan
3). Kelahiran
a. Berat dan panjang badan
b. Waktu peningkatan berat badan lahir
c. Kondisi kesehatan
d. Skor Apgar
e. Adanya anomali kongenital
f. Tanggal keluar dari perawatan
4). Penyakit, operasi, atau cedera sebelumnya
a. Awian, gejala, perjalanan, terinasi
b. Kekambuhan komplikasi
c. Insiden penyakit pada anggota keluarga lain atau dikomunitas
d. Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya
e. Kejadian dan sifat cedera.
5). Alergi
a. Hay fever, asma, dan eksema
b. Reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang, tanaman, atau produk rumah tangga.
6). Genogram
7). Obat-obatan
Nama, dosis, jadwal, durasi, dan alasan pemberian.
8). Imunisasi
a. Nama, Jumlah dosis, usia saat diberikan
b. Kekambuhan reaksi
9). Pertumbuhan dan perkembangan
a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini.
b. Gigi geligi (Usia pertumbuhan, tanggal gigi, jumlah, masalah dengan gigi)
c. Usia kontrol kepala, duduk tanpa dukungan, berjalan, kata-kata pertama
d. Tingkatan sekolah saat ini, prestasi di sekolah
e. Pemeriksaan perkembangan dengan Denver II
2. PENGKAJIAN FISIK (Head to toe)
A. Keadaan umum: kondisi klien secara umum, keletihan, penambahan atau penurunan berat badan, menggigil, kemampuian umum menjalankan aktivitas, dll.
B. Antropometri
1). Tinggi badan/panjang badan
a. Panjang badan digunakan pada anak dibawah 36 bulan: tempatkan anak telentang dengan kepala digaris tengah, pegang lutut dan dorong dengan perlahan kearah meja agar kaki ekstensi penuh, ukur panjang badan anak dari verteks (puncak) kepala sampai tumit kaki (jari kaki mengarah keatas).
b. Tinggi badan digunakan untuk anak diatas 36 bulan: pengukuran dilakukan dengan berdiri, lepaskan kaus kaki dan sepatu, minta anak berdiri tegak, punggung tegak, kepala digaris tengah, mata melihat lurus kedepan, ukur dari puncak kepala sampai permukaan berdiri.
2). Berat badan
a. Timbang bayi dan anak kecil telanjang diatas skala tipe platform, lindung bayi dengan menempatkan tangan diatas tubuh untuk mencegah jatuh.
b. Timbang anak yang lebih besar dengan memakai pakaian dalam, tanpa sepatu pada timbangan tegak.
c. Periksa skala timbangan sebelum digunakan.
d. Beri alas kain pada timbangan tipe platform.


3). Lingkar kepala
a. Ukur dengan kertas atau pita tembaga dari puncak alis mata dan pinna telinga ketonjolan oksipital tengkorak
b. Pada saat lahir lingkar kepala melebihi lingkar dada 2-3 cm
c. Pada 1-2 tahun, limgkar kepla sama dengan lingkar dada
d. Selama masa anak-anak, lingkar dada melebihi lingkar kepala kira-kira 5-7 cm.
4). Lingkar dada
a. Lingkar dada diukur menggunakan midline melingkari dada pada garis puting susu.
b. Lakukan pengukuran selama masa inspirasi dan ekspirasi.
5). Lingkar lengan
a. Pengukuran lingkar lengan pada lengan kanan fleksi 900 pada siku, tandai titik tengahnya.
b. Pegang kertas atau pita ukur tembaga melingkari lengan atas pada titik tengah
C. Tanda-tanda Vital
Sebaiknya tanda-tandavital diukur saat kedaan anak tengan untuk memperoleh hasil yang akura. Libatkan anak dan keluarga selama pemeriksaan.
1). Suhu
a. Suhu oral: Letakkan dibawah lidah didalam kantong sublingual posterior kanan tau kiri, bukan didepan lidah, minta anak untuk tetap mengatupkan mulutnya tanpa mengigit termometer.
b. Suhu aksila: tempatkan termometer dibawah lengan dengan ujungnya dibagian tengan aksila dan dekatkan dengan kulit, tahan tangan anak untuk mejepitnya
c. Suhu rektal: Masukkan ujung termometer yang telah diberi pelumas tidak lebih dari 2,5 cm kedalam rektum, pegang termometer dengan hati-hati didekat anus
2). Nadi
a. Ukur nadi apikal pada anak dibawah 2-3 tahun
b. Titik intensitas maksimum terletak di bagian lateral sampai puting susu pada ruang intercosta keempatsampai kelima pada garis midklavikula
c. Ukur nadi radialis pada anakusia lebih dari 2-3 tahun
d. Hitung nadi selam satu enit penuh
e. Tingkatan nadi:
• Tingkat 0 : tidak dapat diraba
• Tingkat +1 : sulit untuk diraba, lemah, halus, mudah lenyap dengan tekanan
• Tingkat +2 : sulit diraba, dpat lenyap dengan tekanan
• Tingkat +3 : mudah diraba, tidak mudah hilang dengan tekanan (normal)
• Tingkat +4 : kuat, berdenyut, tidak hilang dengen tekanan.
3). Pernapasan
Observasi frekuensi pernapasan selama satu menit penuh. Observasi adanya gerakan abdomen pada bayi, dan obeservasi adanya gerakan thoraks pada anak yang lebih besar
4). Tekanan darah
Gunakan ukuran manset dan stetoskop yang tepat. Ukuran manset mengacu pada kantong bagian dalam yang dapat dikembungkan. Daerah yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah apda anak yaitu Lengan atas ( arteri brakhialis, lengan bawah atau lengan depan ( arteri radialis), paha (arteri poplitea), tungkai atau dorsalis pedis (arteri dorsalis pedis).
D. Kulit
Observasi kulit pada cahaya matahari atau sinar buatan yang netral
1). Warna: sklera, konjungtiva, pungung kuku, lidah mukosa mulut, telapak tangan, telapak kaki. Tentukan kulit terang (putih sampai kemerahan) dan kulit gelap.
2). Tekstur: kelembaban, kehalusan, integritas kulit, dan suhu.
3). Suhu: bandingkan di semua permukaan kulit ( normalnya sama diseluruh permukaan tubuh, pada bagian yang terpapar teraba lebih dingin).
4). Turgor: genggam kulit pada abdomen antara ibu jari dan jari telunjuk, tarik, da lepaskan. Tentukan bentuk dengan segera tanpa lengkungan, keriput, atau depresi berkepanjangan.
E. Struktur aksesori
1). Rambut: inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, elastisitas, higiene
2). Kuku; inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, elastisitas, higiene
3). Observasi lipatan fleksi pada telapak tangan.
F. Nodus Limfe
1). Palpasi nodus lemfe menggunakan bagian distal jari
2). Tekan dengan perlahan tapi tegas dengan gerakan melingkar
3). Perhatikan ukuran, mobilitas, suhu, kekerasan.
4). Submaksilaris: tundukkan kepala sedikit kebawah
5). Servikal: tengadahkan kepala sedikit keatas
6). Aksila: rilekskan lengan disamping tapi sedikit terabduksi
7). Inguinalis: tempatkan anak pada posisi terlentan
8). Normalnya nodus limfe tidak dapat dipalpasi atau sangat kecil, tidak ada nyeri tekan, dapat digerakkan.
G. Kepala
1). Perhaikan bentuk dan kesimetrisan
2). Perhatikan kontrol kepala (terutama pada bayi) dan postur kepala
Wajah simetris, kepala pada garis tengah.
3). Evaluasi rentang gerak: gerakan kepala keatas, kebawah, kanan, dan kiri
4). Palpasi tengkorak akan adanya fontanel, nodus, atau pembengkakan yang nyata.
Fontanel posterior menutup pada usia 2 bulan, fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan.
Periksa higiene kulit kepala akan adanya lesi, infestasi, trauma, kehilangan rambut, perubahan warna.
H. Leher
1). Inspeksi ukuran leher
2). Trakhea: palpasi adanya deviasi, letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada setiap sisi dan gerakkan jari kedepan dan kebelakang
3). Tiroid: palpasi ukuran, bentuk, kesimetrisan, nyeri tekan. Tempatkan bantalan jari telunjuk dan jari tengah dibawah kartilago krikoid, rasakan ismus (jaringan penyambung lobus) naik ketika menelan.
4). Arteri karotis: palpasi di kedua sisi.
I. Mata
1). Inspeksi penempatan dan kesejajaran antar kedua mata
2). Bila abnormalitas dicurigasi, ukur jarak kedua kantus bagian dalam (+ 3 cm)
3). Observasi adanya kelebihan lipatan epikantus dari atap hidung sampai terminasi dalam alis mata (sering apda anak asia)
4). Observasi penempatan, gerakan dan warna kelopak mata
5). Inspeksi konjungtiva palpebra.
J. Telinga
1). Pinna : inspeksi penempatan dan kesejajaran
2). Ukur tinggi pinna dengn menarik garis imajiner dari orbit luar mata ke oksipital tengkorak
3). Ukur sudut pinna dengan menarik garis horisontal imajiner dan sejajarkan pinna setelah tanda ini ( berada dalam sudut 100 dari garis vertikal.
4). Perhatikan adanya lubang abnormal, penebalan kulit, atau sinus.
5). Inspeksi higiene telinga (bau, rabas, warna)
K. Hidung
1). Vestibula Anterior: tengadahkan kepala kebelakang, dorong ujung telinga keatas, dan sinari lubang didung dengan sinar kilat untuk mendeteksi perforasi septum
2). Inspeksi struktur eksternal dan internal hidung
3). Inspeksi adanya discharge (sekret, warna)
L. Mulut
1). Bibir: perhatikan warna, tekstur dan lesi sebelumnya
2). Minta anak untuk membuka mulut, dengan tangan diangkat keatas disamping kepala, minta keliarga menjaga tangan anak dan immobilisasi kepala
3). Dapat dilakuakn didepancermin, dan libatkan anak dalam pemeriksaan
4). Hindarkan penggunaan spatel lidah bila tidak diperlukan.
5). Gunakan lampu senter untuk mendapatkan penyinaran yang baik
6). Observasi membran mukosa: merah muda terang, berkulaiu, halus, sama, dan lembab
7). Ginggiva: kuat, merah muda, kekuningan, berbintik-bintik.
8). Gigi: jumlah sesuai dengan usia, putih, oklusi rahang atas dan bawah baik
9). Lidah: tekstur kasar, dapat bergerak bebas, ujung dapat mencapai bibir, tidak ada lesi atau massa dibawah lidah.
M. Dada
1). Inspeksi ukuran, bentuk,kesimetrisan, gerakan dan perkembangan payudara
2). Lokalisasi ruang intercista
3). Puting biasanya pada intercosta ke-4
4). Ujung ig
a ke-11 teraba pada lateral
5). Ujung ig
a ke-12 teraba pada posterior
6). Ujung skapula pada iga atau intercosta ke-8
N. Paru
1). Kaji gerakan pernapasan: frekuesi, irama, kedalaman, kulaitas, dan karakter
2). Dengan anak pada posisi duduk, tempatkan kedua tang datar apd punggung dan dada engan ibu jari digaris tengah sepanjang tepi kostal bawah
3). Taktil fremitus: palpasi pada rongga torak dan minta anak untuk emngatakan “777” atau “eee”.
4). Perkusi kedua sisi dada pada ruang intercosta
a. Pekak pada garis midklavikular kanan intercosta kelima (hepar)
b. Pekak dari intercosta kedua-kelima diatas batas strernum kiri sampai garis midklavikular (jantung)
c. Timpani pada intercosta kelima kiri bawah (lambung)
5). Auskultasi pernapasan dan bunyi suara: intensitas, nada, kualitas, durasi relatis dari inspirasi dan ekspirasi. Anjurkan anak untuk napas dalam dengan meminta anak meniup bola kapas yang berada di telapak tangan
a. Bunyi napas vesikuler: dengarkan seluruh permukaan paru kecuali area intraskapular atas dan manubrium bawah, inspirasi lebih keras, lebih panjang, dan bernada lebih tinggi dari ekspirasi
b. Bunyi napas Bronkovesikuler: twerdengar pada area intraskapular atas dan manubrium, inspirasi dan ekspirasi hampir sama.
c. Bunyi napas Bronkhial: terdengar hanya diarea atas trakhea dekat takik suprasternal, ekspirasi lebih panjang, lebih keras, dan nada lebih tinggi dari pada inspirasi.
O. Jantung
1). Mulai dengan inspeksi, diikuti dengan palpasi, kemudian auskultasi
2). Perkusi tidak dilakuakn karena nilainya yang terbatas dalam menggambarkan ukuran jantung
3). Inspeksi jantung dengna anak pada posisi semi fowler, observasi dinding dada dari sebuah sudut. Dinding dada simetris
4). Palpasi untuk menentukan lokasi impuls apikal (ictus kordis) yaitu impuls jantung paling lateral. Ictus cordis berada di lateral midklavikula sinistra dan intercosta ke-4 pada anak < 7 tahun. Pada anak . 7 tahun ictus cordis teraba pada garis midklavikula sinistra intercosta ke-5.
5). Palpasi kulit untuk waktu pengisian kapiler
6). Auskultasi bunyi jantung
a. Dengarkan dengan anak dalam posisi duduk dan bersandar
b. Gunakan stetoskop bagian diafragma dan bel dada
c. Kaji kualitas (jelas dan jernih), intensitas (kuat tetapi tidak mantap), frekuensi (sama dengan nadi radialis), irama (teratur dan datar).
d. Area aortik: ruang intercosta ke-2 dekstra para sternal. S2 terdengar lebih keras daripada S1
e. Area pulmonik: ruang intercosta ke-2 snistra para sternal. Pemecahan dari S2 yang terdengar paling baik (normalnya melebar pada inspirasi)
f. Titik Erb: ruang intercosta ke-3 dan ke-2 sinistra para sternal. Daerah murmur fungsional yang paling sering
g. Area apikal atau mitral: ruang intercosta ke-5, garis midklavikula sinistra 9ruang itercosta ke-3 sampaike-4 dan lateral pada garis midklavikula sinistra pada bayi). S1 terdengar paling keras, pemecahan S1 dapat didengarkan.
P. Abdomen
1). Inspeksi diikuti dengan auskultasi, perkusi, dan palpasi yang dapat merubah bunyi abnormal normal.
2). Bentuk silinder dan menonjol pada posisi tegak dan datar bila terlentang pada bayi.
3). Palpasi mungkin tidak nyaman untuk anak. Tempatkan anak pada posisi terlentang dengan kaki fleksi pada panggul dan lutut.alihkan perhatian anak dengan pernyataan seperti “saya akan menebak apa yang kamu makan dengan memegang perutmu”. Minta anak mempalpasi dengan menempatkan tangannya sendiri diatas tangan perawat yang memeriksa.
4). Minta anak menempatkan tangannya pada abdomen dengan jari meregang dan palpasi diantara jari-jari.
5). Inspeksi kontur, ukuran, dan tonus (tinus kuat, muskular pada pria remaja).
6). Kaji kondisi kulit (halus dan rapi)
7). Kaji gerakan abdomen. Pada anak dibawah 7-8 tahun meningkat pada inspirasi dan selaras dengan gerakan dada. Pada anak yang lebih besar gerakan pernapasan kurang.
8). Inspeksi umbilikus akan adanya herniasi, fistula, higiene, dan rabas.
9). Kaji adany hernia; inguinalis (urutkan jari kelingking ke cincin inguinalis eksternal didasar skrotum, minta anak untuk batuk0, femoralis ( tempatkan jari diatas kanalis femoralis, cari dengan meletakkan jari telunjuk diatas nadi femoralis dan jari tengah di kulit menghadap garis tengah).
10). Auskultasi bisig usus pulsasi aortik
a. Bising usus: bunyi gemerincing logam pendek seperti kumur-kumur, klik, atau terdengar menggeram setiap 10-30 detik
b. Pulsasi aortik: terdengar pada epigastrium, sedikit kekiri ke garis tengah.
11). Perkusi abdomen
a. Timpani pada lambung pada sisi kiri dan seluruh abdomen, kecuali untuk pekak atau datar tepat dibawah marjin kostal kanan (hepar)
12). Palpasi organ abdomen
a. Hepar: 1-2 jari dibawah marjin kostal kanan pada bayi dan anak kesil
b. Limpa : 1-2 cm dibawah maerjin kostal kiri pada bayi dan anak kecil
13). Palpasi nadi femoralis: tempatkan ujung 2-3 jari ditengah antara puncak iliaka dan simpisis pubis
14). Timbulkan reflek abdomen: regangkan kulit dari samping ke garis tengah pada setiap kuadran. Umbilikus bergerak kearah kuadran yang ditekan.
Q. Genitalia
1). Pemriksaan genitalia sama seperti pemeriksaan organ sebelumnya, jelaskan prosedur dan maknanya
2). Hargai privasi klien.
3). Bila ada kontak dengan substansi tubuh, gunakan sarung tangan.
4). Penis: inspeksi ukuran
a. Glans dan batang: inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan, lesi, inflamasi
b. Prepsium: inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas
c. Meatus uretra: inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas
d. Skrotum: inspeksi ukuran, lokasi, kulit, dan distribusi rambut. Mungkin tampak besar apda bayi, tergantung bebas dari peinium dibelakang penis, satu kantung tergantung lebih rendah dari yang lain, kulit kendur keriput, biasanya merah dan kasar apda remaja.
e. Testis: palpasi kantung skrotum dengan menggunakan ibu jari dan ajri telunjuk. Badan ovoid kecil panjangnya kira2 1,5-2 cm, berukuran ganda selama pubertas.
5). Genitalia eksterna: inspeksi struktur, tempatkan anak pada posisi setengah bersandar pada orang tua dengan lutut fleksi dan telapak kaki saling bersebelahan
a. Mons pubis: bantalan lemak diatas simpisis pubis, pada remaja tertutup rambut, distribusi rambut biasanya adalah triangular
b. Klitoris: terletak pada ujung anterior labia minora tertutup oleh lipatan kecil kulit (prepusium)

6). Labia: palpasi adanya massa
a. Labia mayora: dua lipatan tebal kulit membentuk mons pada komisura posterior, permukaan dalam merah muda dan lembab
b. Labia minora: dua lipatan kulit interior pada labia mayora, biasanya dapat dilihat sampai pubertas, menonjol apda bayi baru lahir.S
7). Metus uretra: inspeksi terhadap lokasi, seperti bentuk V dengan meregangkan kearah bawah dari litoris ke perinium
8). Orifisium vaginalis: pemeriksaan interna biasanya tidak dilakukan, inspeksi terhadap lubang sebelumnya. Terletak apada posterior meatus uretra, dapat tertutup oleh memran berbentuk sabit atau sirkuler (himen), rabas biasanya jernih atau sirkuler.
9). Anus
a. Inspeksi penampilan umum, kondisi kulit
b. Bokong: lipatan padat, lipatan gluteal simetris
c. Reflek anal: munculkan dengan mengerutkan atau meregangkan area perianal dengan perlahan. Kontraksi cepat sfingter anal eksterna, tidak ada protusi rekstum.
R. Punggung dan Ekstremitas
1). Inspeksi kurvatura dan kesimetrisan tulang belakang. Pada bayi baru lahir berbentuk C atau bulat. Kurva sekunder servikal terbentuk kira-kira pada usia 3 bulan. Lordosis merupakan hal yang normal apda anak kecil tapi berkurang sesuai usia.
2). Uji adanya skoliosis. Bahu, skapula, dan puncak iliaka simetris
3). Observasi mobilitas tulang belakang. Fleksibel, rentang gerak penuuh, tidak ada nyeri atau kekakuan.
4). Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran (sama), suhu, warna, nyeri tekan, mobilitas, jumlah jari tepat, kuku merah muda.
5). Inspeksi posisi telapak kaki, uji apakah ada deformitas kaki apd saat lahir merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan leh peegangan keluar
6). Inspeksi cara berjalan. Minta anak berjalan apda garis lurus
7). Kaji reflek plantar: usap telapak kai lateral dari tumit kedepan ke ibu jari kaki melewati haluks. Fleksi ibu jari kaki pada anak diatas usia 1 tahun.
8). Kaji kekuatan otot:
a. Lengan: minta anak mengangkat tangan sambil melawan tekanan dari tangan anda
b. Kaki: minta anak duduk dengan kaki menggantung, lanjutkan seperti pada tangan.
c. Telapak tangan: Minta anak meremas jari anda sekencang mungkin
d. Telapak kaki: minta anak memfleksikan plantar, dorong telapak kai kearah lantai sambil menekan telapak kaki.



DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. Buku Saku Pemeriksaan fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC 1997

Hidayat, Aiziz Alimul. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta: Salemba Medika. 2006

Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996

Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC. 2003

Asuhan Keperawatan Cedera Kepala

ASUHAN KEPERAWATAN
CEDERA KEPALA

PENGERTIAN
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi-decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Prinsip-prinsip pada Trauma Kepala
-       Tulang tengkorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi adanya pukulan.
-       Bila daya/toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur.
-       Berat/ringannya cedera tergantung pada :
1.    Lokasi yang terpengaruh :
-       Cedera kulit.
-       Cedera jaringan tulang.
-       Cedera jaringan otak.
2.    Keadaan kepala saat terjadi benturan
-       Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intracranial (PTIK).
-       TIK dipertahankan oleh 3 komponen :
1.    Volume darah/pembuluh darah (±75 – 150 ml).
2.    Volume jaringan otak (± 200 – 1400 ml)
3.    Volume LCS (± 75 – 150 ml).




Masalah yang timbul dari trauma kepala

Kulit
 

Trauma Kepala
 
 

                                                                                                Jaringan Otak

Tulang Kepala
 
 



-       Komusio
-       Kontusio

TIK  meningkat
-          Gangguan kesadaran
-          Gangguan tanda-tanda vital
 
Fraktur
-       Fraktur  linear
-       Fraktur comnunited
-       Fraktur depressed
-       Fraktur basis
                                                                                               
Etiologi
1.    Kecelakaan
2.    Jatuh
3.    Trauma akibat persalinan

Patofisiologi
Otak  dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolism otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolic anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolism anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolic.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit/100 gr. Jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
Cedera  kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :
1.    Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi – decelarasi rotasi) yang menyebabkan gangguan pada jaringan
Pada cedera primer dapat terjadi :
Gegar kepala ringan
Memar otak
Laserasi
2.    Cedera kepala sekunder
1.    Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
-       Hipotensi sistemik.
-       Hipoksia
-       Hiperkapnea.
-       Udema otak
-       Komplikasi pernapasan.
-       Infeksi/komplikasi pada organ tubuh yang lain.
 
















Trauma Kepala

Gangguan Auto Regulasi

Tik Meningkat                                     Aliran Darah Otak Menurun

Edema Otak                                       Gangguan Metabolisme
-       O2 menurun
-       CO2 meningkat
Asam Laktat meningkat
Metabolik anaerobic
Gejala :
1.    Jika klien sadar _ _ _ _ sakit kepala hebat.
2.    Muntah proyektif.
3.    Papil edema
4.    Kesadaran makin menurun.
5.    Perubahan tipe kesadaran.
6.    Tekanan darah menurun, bradikardia.
7.    An isokor
8.    Suhu tubuh yang sulit dikendalikan.
Tipe/macam Trauma kepala antara lain :
1.    Trauma kepala terbuka
Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk ke dalam jaringan otak dan melukai :
-       Merobek durameter _ _ _ _ LCS merembes.
-       Saraf otak
-       Jaringan otak
Gejala fraktur basis :
-       Battle sign.
-       Hemotympanum.
-       Periorbital echymosis.
-       Rhinorrhoe.
-       Orthorhoe.
-       Brill hematom.
2.    Trauma kepala tertutup
a)    Komosio
Cidera kepala ringan
Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali.
Hilang kesadaran sementara, kurang dari 10 – 20 menit.
Tanpa kerusakan otak permanen.
Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah.
Disorientasi sementara.
Tidak ada gejala sisa.
MRS kurang 48 jam _ _ _ kontrol 24 jam jam I, observasi tanda-tanda vital.
Tidak ada terapi khusus.
Istirahat mutlak _ _ _ setelah keluhan hilang coba mobilisasi bertahap, duduk _ _ _ _ berdiri _ _ pulang.
Setelah pulang _ _ _ _ kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup.
b)    Kontosio
-       Ada memar otak
-       Perdarahan kecil lokal/difus _ _ _ gangguan lokal _ _ _ perdarahan
-       Gejala :
-       Gangguan kesadaran lebih lama.
-       Kelainan neurologic positif, reflek patologik, lumpuh, konvulsi.
-       Gejala TIK meningkat
-       Amnesia retrograde lebih nyata.
c)    Hermatom epidural
Perdarahan antar tulang tengkorak dan durameter.
Lokasi tersering temporal dan frontal.
Sumber : pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus.
Katagori talk and die.
Gejala : (manifestasi adanya proses desak ruang).
Penurunan kesadaran ringan saat kejadian _ _ _ periode Lucid (beberapa menit _ beberapa jam) - - - penurunan kesadaran hebat –koma, deserebrasi, dekortisasi, pupil an isokor, nyeri kepala hebat, reflek patologik positif.
d)    Hematom subdural.
·         Perdarahan antara durameter dan arachnoid.
·         Biasanya pecah vena --- akut, sub akut, kronis
·         Akut
-       Gejala 24 – 48 jam
-       Sering berhubungan dengan cidera otak dan medulla oblongata.
-       PTIK meningkat.
-       Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.
·         Sub Akut
-       Berkembang 7 – 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejala TIK meningkat ---  kesadaran menurun.
·         Kronis
-       Ringan, 2 minggu – 3 – 4 bulan.
-       Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.
-       Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.
e)    Hematom Intrakranial
Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih.
Selalu diikuti oleh kontosio.

Penyebab : fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi – deserelasi mendadak.
Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema lokal.
Pengaruh Trauma Kepala :
-       Sistem Pernapasan
-       Sistem Kardiovaskuler
-       Sistem Metabolisme.








Sistem pernapasan :
TIK meningkat

Hipoksemia, hiperkapnia                                            Meningkat rangsang simpatis

Peningkatan hambatan difusi O2 – Co2

Edema paru                Meningkatkan tahanan vaskuler sistemik dan tekanan darah
 

Meningkatkan tekanan, hidrostatik.
Kebocoran cairan kapiler

Sistem pembuluh darah pulmonal tekanan rendah

Karena adanya kompresi langsung pada batang otak – gejala pernapasan abnormal.
-       Chyne stokes
-       Hiperventilasi
-       Apneu
Sistem Kardivaskuler :
·         Trauma kepala – perubahan fungsi jantung : kontraksi, edema paru, tekanan vaskuler.
·         Perubahan saraf otonoom pada fungsi ventrikel :
o   Disritmia
o   Fibrilasi
o   Takikardia
·         Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis --- terjadi penurunan kontraktilitas ventrikel --- curah jantung menurun --- meningkatkan tahanan ventrikel kiri --- edema paru.
Sistem Metabolisme :
·         Trauma kepala – cenderung terjadi retensi Na, air dan hilangnya sejumlah nitrogen.
·         Dalam keadaan stress fisiologis
Trauma

ADH dilepas

Retensi Na dan air

Out Put urine menurun
Konsentrasi Elektrolit Meningkat

·         Normal kembali setelah 1 – 2 hari
·         Pada keadaan lain :
Fraktur  Tengkorak                                               Kerusakan hipofisis
                                                                              Atau hipotalamus

Penurunan ADH                                                   Diabetes Melitus

Ginjal

Ekskresi air                                         Dehidrasi

Hilang nitrogen meningkat ---------- respon metabolic terhadap trauma




Trauma

Tubuh perlu energy untuk perbaikan

Nutrisi

Penghancuran protein otot sebagai sumber nitrogen utama

Pengaruh pada G.I Tract :
3 hari pasca trauma – respon tubuh merangsang hipotalamus dan stimulus vagal.
Lambung hiperacidi

Hipotalamus --------- hipofisis anterior

Adrenal

Steroid

Peningkatan Sekresi asam lambung
 

Hiperacidi
 

Trauma

Stress              Perdarahan Lambung

Katekolamin meningkat


ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :

1.    Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.
2.    Riwayat Kesehatan
Tingkat kesadaran/GCS (<15), konvulsi, muntah, dispnea/takipnea, sakit kepala, wajah simetris/tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi secret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang.
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti dapat mempengaruhi prognosa klien.
3.    Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS<15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.



4.    Penatalaksanaan Medis Pada Trauma Kepala
Obat-obatan :
-       Dexamethason/Kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
-       Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurangi vasodilatasi.
-       Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
-       Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.
-       Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infuse dextrose 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 – 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
-       Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2 – 3) tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrose 8 jam kedua dan dextrose 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 – 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai urine nitrogennya.
-       Pembedahan.

5.    Pemeriksaan Penunjang
-       CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, derminan ventrikuler dan perubahan jaringan otak. Catatan : untuk mengetahui adanya infark/iskemia jangan dilekukan pada 24 – 72 jam setelah injuri.
-       MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
-       Celebral Angiography : Menunjukkan anomaly sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
-       Serial EEG : dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis.
-       X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
-       BAER : Mengoreksi batas fungsi cortex dan otak kecil.
-       PET : Mendeteksi perubahan aktivitas metabolism otak.
-       ABGs : mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial.
-       Kadar Elektrolit : untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intracranial.
-       Screen Toxicologi : Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran

Penatalaksanaan
Konservatif
·         Bedrest total
·         Pemberian obat-obatan
·         Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)

Prioritas Perawatan :
1.    Maksimalkan perfusi/fungsi otak.
2.    Mencegah komplikasi.
3.    Pengaturan fungsi secara optimal/mengembalikan ke fungsi normal.
4.    Mendukung proses pemulihan koping klien/keluarga.
5.    Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.
Tujuan :
1.    Fungsi otak membaik : deficit neurologis berkurang/tetap.
2.    Komplikasi tidak terjadi.
3.    Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain.
4.    Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan.
5.    Proses penyakit, prognosis, program pengobatan,dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah :
1.    Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan defresi pada pusat napas di otak.
2.    Tidak efektifnya keberhasilan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
3.    Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak.
4.    Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (spoors-coma).
5.    Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

INTERVENSI
Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria Evaluasi
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
·         Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. Pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
·         Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume.
·         Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya  2 x lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.
·         Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi/cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi.
·         Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya pengalihan volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.
·         Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu memberikan ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator.

Tidak efektifnya keberhasilan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
Tujuan :
Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi
Kriteria Evaluasi
Suara napas bersih, tidak terdapat suara secret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
1.    Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas.Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.
2.    Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukkan sputum.
3.    Lakukan pengisapan lender dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lender tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.
4.    Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.

Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak.
Tujuan :
Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
1)    Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran.
Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik.
Reaksi pupil digerakkan oleh saraf kranial oculus  motorius dan untuk menentukan refleks batang otak.
Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya  abduksi mata.
2)    Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan  tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial. Adanya pernapasan yang irregular indikasi terhadap adanya peningkatan  metabolisme  sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.



3)    Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
4)    Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.
Dapat mencetuskan respon otomatik peningkatan intrakranial.
5)    Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.
Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania.
6)    Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
Dapat menurunkan hipoksia otak.
7)    Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).
Membantu menurunkan tekanan intracranial secara biologi/kimia seperti osmotic diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexamethason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.

Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (spoors-coma)
Tujuan :
Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
1)    Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.
Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau temurun.
2)    Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.
Kebersihan perseorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.
3)    Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energy. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori dan waktu.
4)    Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih.
Keiikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien—keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.
5)    Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.
Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.

Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.
Tujuan :
Kecemasan keluarga dapat berkurang.
Kriteria evaluasi
Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien.
Pengetahuan keluarga mengenal keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat


Rencana tindakan :
1.    Bina hubungan saling percaya
Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga
2.    Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
3.    Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.
Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.
4.    Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.
Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Rencana tindakan
1.    Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
2.    Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
3.    Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
4.    Ganti posisi pasien setiap 2 jam.
5.    Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit.
6.    Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
7.    Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
8.    Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
9.    Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak/lecet setiap 4 – 8 jam dengan menggunakan H2O2.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Doenges M.E (1989) Nursing Care Plan, Guidelines for Planning Patient Care (2 nd ed).Philadelpia, F.A Davis Company.

Long ; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, St. Louis, Cv. Mosby Company.

Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala, Penatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.

Harsono (1993), Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press.